
Barak1News.com | Manduamas
Masyarakat desa Manduamas Kecamatan Manduamas Tapanuli Tengah merasa sangat dirugikan oleh perusahaan perkebunan sawit milik PT Nauli Sawit ( NS ).
Menurut masyarakat, pihak PT NS melakukan tindakan penggalian aliran sungai sepanjang lebih kurang 12 km. Dimana penggalian tersebut berdampak kerusakan dan hilangnya mata pencaharian masyarakat seperti mencari lokan ( kerang sungai ).
Dimana kerang kerang tersebut telah habis punah akibat penggalian yang dilakukan PT Nauli Sawit tersebut.
Salah seorang masyarakat mengatakan bahwa dirinya telah lama mencari kerang di sungai tersebut, namun kini sangat sulit untuk mendapatkannya.
“ia pak biasa kami setiap hari mencari lokan ( kerang sungai ) disini untuk dijual ke onan ( pasar ) demi mencukupi kebutuhan keluarga kami. Tapi sekang sudah habis tidak ada lagi lokan ( kerang ) itu karena sungai ini terus terusan digali PT NS,” imbuh seseorang warga masyarakat bermarga Tumanggor.
Dan hasil pantauan tim awak media bersama masyarakat dilokasi, Kamis (5/1/2023), sepanjang pinggiran aliran sungai dengan pinggiran perkebunan tanaman sawit tersebut diduga tidak ada difungsikan kawasan konservasi atau tanaman hijau resapan air. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang seharusnya tidak boleh ditanami kelapa sawit oleh perusahaan .
Kemudian masyarakat merasa sangat dirugikan sebab selama puluhan tahun mengkomsumsi air sungai tersebut untuk kebutuhan sehari hari, kini sudah tidak bisa lagi digunakan karena diduga telah tercemar limbah residu dari pupuk dan pestisida dari perusahaan tersebut.
Efek dari galian dan penimbunan tanggul perusahaan tersebut mengakibatkan seringnya terjadi kebanjiran lahan masyarakat yang tidak bisa lagi ditanami padi akibat tanggul tinggi dibatas DAS pinggiran perkebunan tersebut.
Akibat tindakan perusahaan yang merusak ekosistem dan habitat lokan ( kerang sungai ) ini berdampak pada mata pencaharian masyarakat.
“Masyarakat Kecamatan Manduamas mengharapkan perhatian pemerintah Kabupaten dan Pemprovsu segera memberikan solusi dengan apa yang kami rasakan dan kami alami disini,” tandas seorang warga yang tidak mau namanya disebutkan. (Tim)